Communitea, Nyante di Kota Gede #2
Kali ini communitea menitikkan fokus pada kudapan tradisional khas Kota Gede Yogyakarta. Lomba foodgram pun menjadi pemikat kaula muda untuk mengangkat tren camilan ini. Tidak hanya sampai disitu, berkat kerjasama dengan Bank Indonesia dan Sekar Kedhaton Resto bisa menghadirkan pakar foodphotography Thomas Wirananda untuk memimpin workshop, dan Prof. Dr. Ir Murdijati Gardjito untuk memimpin diskusi terkait kudapan tradisional.
Acara ini berlangsung Sabtu (29/10) di ruang resto lantai 2 Sekar Kedhaton Kota Gede Yogyakarta mulai pukul 12.30-17.00 Wib. Diawali dengan workshop food photography yang dipimpin oleh Bapak Thomas, beliau menyampaikan terkait tips agar objek foto terlihat menarik dan yang terpenting adalah bisa membuat lapar setiap orang dengan hasil tangkapan kamera. Ada tiga hal penting dan menjadi segitiga exposure dalam hal memotret, yaitu ISO, shutter speed, dan Diafragma. Semakin tinggi setting ISO kita, maka semakin sensitif sensor terhadap cahaya. Maka jangan takut untuk mengepush ISO. Untuk memotret benda diam setting shutter speed di 80, sedangkan untuk benda bergerak setting di 250 atau lebih. Diafragma setting tidak lebih dari angka 2.8 untuk mengambil gambar-gambar detail. Jika mengambil sudut dari atas sebaiknya diafragmanya antara 4-5.6, agar fokusnya merata.
Oma Murdijati menyampaikan terkait makanan tradisional, kekuatan bisa tersusun dari hal ini guna membangun jati diri bangsa berbasis kemampuan sendiri untuk melawan impor. Tidak hanya itu makanan tradisional sebagai senjata untuk maju demi kemandirian pangan dengan cara yang martabat. Makanan tradisional dibuat dengan bahan asli hasil bumi tanah ini, menjadi makanan yang disukai, dan tentunya menjadi identitas. Agar terjaganya hal itu, marilah kita bangkitkan tren terhadap makanan tradisional, kita mesti bangga akan kudapan tanah air. Dari segi kesehatan dan lainnya kita jauh lebih unggul dari makanan impor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar